Kisah Pedagang Daun Pisang

Pagi itu terlihat seorang ibu tua berjalan menyusuri kebun pisang. Ia tersenyum menjalani rutinitas hidupnya sebagai seorang pedagang daun pisang. Dengan sedikit bernyanyi lirih ia mengambil satu persatu daun pisang kepunyaan haji Ali.
Terkadang ia hentakkan kakinya layaknya penari india sambil membawa bakul yang kini tlah penuh trisi daun pisang dan berharap ia dapat mendapat penghasilan.
Tak seperti biasanya ia berdagang di emperan itu, mulai dari pagi sekali hingga mejelang petang. Tidak lupa ia bersyukur pada Yang Maha Pencipta dengan melaksanakan kewajiban sholat yang lima waktu di sela-sela waktunya untuk berdagang.
dalam sehari penghasilannya tak menentu, kadang 5000,10.000, 15.000 atau lebih bahkan kalau lagi sepi yaaa.. ngelamun dech..
Pas jam 11 pagi tiba-tiba sepasukan Satpol PP menghampirinya, salah seorang dari mereka mengusirnya dan seorang lagi menendang bakul dagangannya hingga daun-daun pisang itu berserakan dan terinjak-injak. Ibu Tua menjerit, menangis, menciumi kaki komandan satpol agar tidak merusak dangannya. Namun malah cercaan dan hinaan yang ia dapatkan.
Bakulnya yang merupakan teman hidup selama ini telah berubah menjadi tempat sampah yang siap dibakar.
Ia meraung-raung menginginkan bakul itu. Hingga akhirnya ia terkulai tak berdaya melawan semua itu, hanya tetesan air mata yang mengiringi daun-daun pisang yang berserakan. Mungkin hanya do'a yang dapat terucap meratapi nasib yang tak berpihak...
Hanya satu kata penguasa yang terngiang ditelinganya yakni "Mewujudkan Masyarakat yang adil dan Makmur"
"Tuhanku,...... Aku serahkan Padamu Hidupku dan Matiku...."
Dalam butiran air mata ia memanggil nama-Nya....

0 komentar:

Posting Komentar