Pada suatu desa di tepi hutan, hidup seseorang yang hidupnya sebagai penjual kayu. Hidup yang dijalaninya penuh dengan keikhlasan, rasa bersukur yang tinggi dan rasa berserah tinggi terhadap Allah. Sehingga dalam keluarganya yang sederhana selalu dalam ketentraman dan kebahagiaan.
Pada suatu hari terjadi malapetaka di kota terdekat, yaitu terjadi banjir dan beberapa rumah penduduk kota yang roboh atau hilang. Mendengar ini si penjual kayu menjadi prihatin dan bersimpati untuk menyumbang kayu kepada korban banjir tersebut. Akhirnya dikumpulkan kayu2 hutan yang ada didekat rumahnya dan dikirim kepada korban banjir tersebut.
Ada juga seorang pengusaha kayu yang melihat ternyata si korban banjir yang membangun rumahnya dengan menggunakan kayu-kayu yang bagus mutunya. Dan pengusaha kayu mendatangi seorang korban banjir tersebut. “Kayu-kayu anda sangat bagus sekali, dari mana membelinya ? saya juga mau membeli kalau bapak mau menunjukkan penjualnya”.
Si korban banjir akhirnya menceritakan asal-usul kayu tersebut. Lalu keduanya membuat kesepakatan yang mereka buat.
Sang korban banjir akhirnya mendatangi si penjual kayu, dan menyatakan minta bantuan lagi kayu dengan alasan masih kurang untuk membangun rumahnya tersebut. Dan si penjual kayu juga memberikan sesuai kebutuhan si korban banjir.
Beberapa kali si korban banjir meminta kayu lagi, si penjual kayu juga agak heran, kenapa masih kurang terus. “Karena kayu-kayu kemarin juga diminta tetangga saya yang rumahnya juga rusak oleh banjir tempo hari” itu alasan dari si korban banjir.
Meskipun diliputi rasa penasaran, si penjual kayu tetap saja memberikan kayu sesuai permintaan si korban banjir, karena merasa kasihan kalau rumahnya belum selesai juga. Sementara itu si penjual kayu juga berusaha tahu apa yang terjadi dengan rumah si korban banjir tersebut.
Dan akhirnya si penjual kayu mengetahui bahwa ternyata kayu-kayu yang disumbangkan tersebut dijual kepada si pengusaha. Tetapi ternyata si penjual kayu tidak menjadi geram atau marah.
Pada hari berikutnya si korban banjir datang lagi ke si penjual kayu dan menyatakan masih butuh bantuan kayu lagi. Dengan alasan untuk menyelesaikan ruangan dapurnya. Dan si penjual kayu bersedia memberikan bantuan tetapi si penjual kayu membutuhkan tenaga untuk mengurus kayu-kayu yang diminta. Si korban banjir menjanjikan akan mengirim orang untuk membantu si penjual kayu.
Selanjutnya si penjual kayu mempersiapkan lahan-lahan disekitar rumahnya. Pada waktu tenaga-tenaga yang dikirim oleh si korban banjir datang, mereka disuruh untuk membersihkan lahan. Dan setelah selesai membersihkan lahan, si korban banjir menanyakan kapan kayunya akan diangkut. Sipenjual kayu menyuruh untuk datang lagi seminggu lagi.
Setelah seminggu sesuai yang dijanjikan oleh si penjual kayu, si korban banjir datang dengan membawa tenaga untuk mengangkut. Tetapi oleh si penjual kayu, orang-orang tersebut malah disuruh lebih dulu untuk menanam biji-biji kayu pada lahan yang sudah dipersiapkan seminggu sebelumnya. Setelah selesai pekerjaan tersebut, dengan tidak sabar si korban banjir menanyakan tentang kayu yang telah diminta sebelumnya.
“Mana kayu yang akan disumbangkan kepada kami, sementara saya juga sudah siapkan orang-orang untuk membantu mengangkut” tanya si korban banjir.
“Kayu-kayu sudah cukup saya kirim untuk membantu bapak sehingga hutan di sekitar menjadi habis, kalau memang mau kayu lagi ya bapak harap sabar untuk menunggu kayu yang baru saja kita tanam tadi” jawab si penjual kayu.
0 komentar: